Istana Jhansi

Saat insubordinasi yang terinstigasi oleh Prajurit Sepoy di kamp militer Merut terjadi, Jhansi masih pada posisi yang sangat damai. Walaupun tidak ada pemerintahan de fakto, Jhansi masih berfungsi dengan baik, terutama karena ada Rani Laksmi Bai yang dihormati oleh rakyatnya. Sebagai seorang yang memiliki jaringan terpercaya di seluruh Hindustan, Laksmi Bai sudah tentu mendengar pemberontakan itu. Ia hanya meminta izin kepada Kapten Skene untuk membangun kembali unit tempur wanitanya yang akan bertugas sebagai pengawalnya pribadi. Permintaannya dikabulkan oleh Skene.

 

Sementara itu kelompok utama dari pemberontak Sepoy dari Merut melakukan long march ke Delhi, tempat mereka melakukan sumpah setia kepada Bahadur Shah, kaisar Mugal yang bertahta di Delhi. Prajurit Sepoy menginginkan agar kaisar yang sudah berusia 82 tahun tersebut segera bangkit, mengusir Britania Raya dan memerintah India merdeka sebagai mana kakek moyangnya Akbar yang Agung. Pada kenyataannya kaisar Mugal ini hanya berkuasa secara nominal, ia dibatasi oleh East India Company untuk tinggal di balik dinding bentengnya di Delhi.

 

Bahadur Shah menegur para tentara pemberontak itu bahwa ia tidak mampu membiayai mereka karena kondisinya dan tidak bisa memimpin India (Hindustan) karena keterikatannya pada berbagai persyaratan dan perjanjian dengan East India Company. Para pemberontak yang sudah haus darah itu lalu menghukum mati 50 orang keturunan Eropa yang ada di istana. Pelaksanaan hukuman mati dilakukan di depan bangsal istana walaupun diprotes keras oleh Bahadur Shah. Menurut beberapa analisa tindakan eksekusi hukuman mati itu adalah untuk menyudutkan Bahadur Shah ke dalam posisi tanpa pilihan sebagai pendukung pemberontak. Bagaimana mungkin ia akan berkelit kalau para kulit putih itu dihukum mati tepat di hadapan tahtanya. Sesuai dengan prediksi, Bahadur Shah akhirnya mengambil tanggung jawab atas tindakan hukuman mati tersebut dan memberikan dukungannya terhadap gerakan pemberontakan tersebut.

 

Bahadur Shah lalu menunjuk putra sulungnya Mirza Mughal untuk menjadi panglima perang dari para Sepoy. Akan tetapi penunjukan ini tidak memiliki kekuatan apapun. Selain Mirza Mughal tidak memiliki pengalaman memimpin kesatuan militer, para tentara yang memberontak berasal dari berbagai kesatuan Sepoy. Mereka menolak meleburkan diri dengan kesatuan Sepoy yang berbeda dari mereka apalagi untuk mematuhi perwira yang bukan berasal dari kesatuannya sendiri. Delhi menjadi kota yang dikuasai oleh tentara Sepoy yang menjadi preman jalanan karena tiadanya pemerintahan yang kuat. Segala pertengkaran dan perselisihan ini menimbulkan kekacauan sehingga pada akhirnya Delhi tidak memiliki jalur logistik sehingga pasokan bahan makanan dan sumber daya lainnya segera berdampak. Pada saat pasukan East India Company mengepung Delhi, kondisi kota itu sudah carut marut.

 

Kondisi ini dipergunakan menjadi keuntungan oleh pihak Britania, sehingga pada September 1857 mereka sudah mampu merangsek ke Delhi. Bahadur Shah yang mengungsi ke kompleks makam moyangnya ditangkap. Putra-putranya, termasuk Mirza Mughal, serta cucu laki-lakinya ditembak mati di dekat Gerbang Delhi oleh seorang mayor. Mayor tersebut lantas mengumumkan bahwa Delhi sudah direbut. Bahadur Shah diasingkan ke haveli milik salah satu istrinya dan menunggu pengadilan atas perannya “membantu pemberontakan Sepoy”. Saat itulah Tentara Sepoy sudah tidak memiliki tokoh yang dapat digunakan sebagai rallying point mencapai kemerdekaan. Sampai semua pihak menyadari bahwa ada sosok lain yang memiliki karisma besar, yakni Laksmi Bai. Di antara puluhan kerajaan di India, Jhansi menjadi menonjol karena letaknya yang sangat strategis. Jhansi adalah persimpangan kota-kota dan kerajaan penting yakni Delhi, Lucknow, Gwalior dan Kanpur. Semua kota tersebut membara dibakar oleh para Pemberontak Sepoy kecuali Jhansi. Posisinya sebagai kerajaan yang baru dianeksasi oleh East India Company juga membuat orang membayangkan Rani Jhansi pasti ingin merdeka.

 

Di luar Delhi, pasukan Sepoy dari Bengal Native Infantry ke XII akhirnya tiba di gerbang Benteng Jhansi pada 12 Juni 1857. Kedatangan mereka begitu tiba-tiba sehingga kesatuan East India Company yang bertugas di benteng dapat dilucuti dengan mudah. Bengal Native Infantry ke XII lalu membuat janji bahwa anggota kesatuan East India Company tersebut akan diperlakukan dengan baik. Tetapi kesudahannya, pasukan Sepoy justru membunuh sekitar 50-60 anggota pasukan Britania tersebut berikut istri-istri dan anak-anak mereka.

 

Kesatuan pemberontak tersebut kemudian merampas habis khazanah yang terdapat di Benteng Jhansi dan mengambil persediaan amunisi yang ada di sana. Selanjutnya mereka datang ke istana Rani Laksmi Bai di kota Jhansi dan mengancam akan meledakkan istananya. Untuk menyelamatkan diri, putra dan para pengiringnya, Laksmi Bai memberikan sejumlah uang yang sangat besar kepada para pemberontak. Mereka lalu pergi dengan membawa jarahan.

 

Sebagai seorang administrator yang baik, Laksmi Bai menyurat kepada Mayor Erskine, komisioner dari divisi Saugor, bahwa karena kekosongan kekuasaan di Jhansi, maka ia, Laksmi Bai mengambil posisi untuk mengelola Jhansi untuk menjaga ketertiban. Erskine menjawab pada tanggal 2 Juli 1857 bahwa Laksmi Bai dipersilakan untuk melakukan tindakan yang diperlukan sebagai administrator dan mengelola distrik Jhansi “sampai adanya superintendent Britania yang ditugaskan di sana.” Pada saat yang genting seperti itu, Rani Laksmi Bai berhasil pula menggagalkan usaha pemberontak Sepoy untuk mentahbiskan Sadashiv Rao sebagai Raja Jhansi yang baru.

 

Namun kemudian terjadi perkembangan yang tak disangka-sangka. Kerajaan-kerajaan tetangga Jhansi, yakni Ocha dan Datia datang menyerbu Jhansi. Tujuan mereka adalah menjarah Jhansi dan membagi territorial Jhansi menjadi dua sebagai daerah kekuasan mereka. Laksmi Bai memohon bantuan Britania untuk mempertahankan Jhansi dari serangan tetangga-tetangganya tersebut. Namun permohonannya tidak dijawab oleh Gubernur Jenderal Marquis of Dalhousie. Faktanya Ocha dan Datia adalah sekutu East India Company yang paling taat. Ada beberapa perkiraan mengapa Gubernur Jenderal Hindustan menolak untuk membantu Laksmi Bai, yang pertama adalah karena Ocha dan Datia mendapat restu darinya, dan yang kedua adalah adanya anggapan bahwa Laksmi Bai termasuk di dalam pembunuhan kesatuan East India Company di Benteng Jhansi, dan bahkan menjadi inspirasi gerakan Pemberontakan Sepoy.

 

Tanpa bantuan dari pihak manapun, Laksmi Bai membangun pertahanan Jhansi. Ia mendirikan bengkel-bengkel besi baru untuk memproduksi meriam, peluru dan berbagai senjata untuk memperlengkapi pasukannya. Meriam-meriam itu ia posisikan di atas Benteng Jhansi sebagai bentuk pertahanan pertama. Ia kemudian memanggil semua mantan anggota pasukan Kerajaan Jhansi yang sudah dibubarkan dan membentuk unit-unit tempur Jhansi yang baru. Banyak pihak lain yang terpanggil oleh karena karisma Laksmi Bai, termasuk para mantan tentara Sepoy yang baru tiba, sehingga mereka mendaftarkan diri untuk membantunya mempertahankan Jhansi. Dengan kekuatan dan kepemimpinan Laksmi Bai, pasukan Ocha dan Datia dapat dikalahkan. Laksmi Bai dielu-elukan oleh warga Jhansi sebagai inspirasi dan pelindung bagi rakyatnya.

 

Sampai pada titik ini, Laksmi Bai tetap ingin mempertahankan Jhansi bagi Britania Raya. [RV]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Verified by MonsterInsights