Hong Kong – Ratusan ribu tiket penerbangan Dari Tiongkok ke Jepang telah dibatalkan oleh para turis yang berasal dari Negeri Tirai Bambu itu. Secara resmi Republik Rakyat Tiongkok telah mengingatkan warganya untuk tidak berkunjung ke Jepang. Padahal wisatawan Tiongkok ke Jepang hingga Oktober 2025 berjumlah 8.2 juta orang dan telah menyumbangkan pemasukan negara sekitar ¥1.6 trilyun menurut laman Nippon.com.
Pembatalan itu mencapai jumlah fantastis yakni 491.000 tiket yang merupakan 32% dari total pemesanan tiket ke Jepang di maskapai-maskapai Tiongkok. Demikian diberitakan oleh South China Morning Post (SCMP).
SCMP mencatat pembatalan semasif itu pernah terjadi pada waktu terjadi pandemi Covid-19, awal tahun 2020.
Insiden ini disebabkan oleh komentar Perdana Menteri Jepang Takaichi yang menyatakan bahwa serangan terhadap Taiwan oleh Tiongkok berarti akan membentuk “situasi ancaman untuk bertahan hidup” dan akan memicu tanggapan militer dari Tokyo.
Ucapan Perdana Menteri Jepang itu langsung dijawab oleh Konsul Jenderal Tiongkok di Osaka, Xue Jia, melalui pesannya di media sosial X “mereka yang menjulurkan leher kotornya, harus dipotong”. Kalimat tersebut ditengarai ditujukan kepada Takaichi. Tetapi unggahan itu lalu dihapus.
Tak lama kemudian Kedutaan Besar Tiongkok di Jepang mengeluarkan peringatan perjalanan atau travel warning pada Jumat (14/11) lalu sehingga ketegangan ke dua negara mencapai tingkat seperti saat ini. Peringatan itu berkaitan dengan tingkat serangan kepada wisatawan Tiongkok di Jepang yang semakin meningkat, dan bahwa keamanan bagi para warga Tiongkok “semakin memburuk”.
Kantor berita Jepang Nikkei langsung menampik pernyatan tersebut dengan menyodorkan data statistic dari Kepolisian Nasional Jepang bahwa justru tindak pidana kekerasan terhadap warga Tiongkok menunjukkan angka yang menurun.
Selain membalas Jepang dengan peringatan perjalanan, Tiongkok selanjutnya melarang impor bahan baku pangan bahari (seafood) dari Jepang. Padahal beberapa minggu sebelumnya, Tiongkok baru saja mengangkat larangan tersebut dari agenda perdagangan ke dua negara.

Pertemuan kedua kepala negara yang diadakan saat mereka berjumpa dalam Pertemuan Puncak Para Pemimpin Negara Anggota APEC (Asia Pacific Economy Cooperation) pada 31 Oktober 2025 lalu telah menghasilkan beberapa terobosan kerja sama.
Presiden Tiongkok bahkan dalam pertemuan puncak tersebut menekankan pentingnya hubungan kedua negara dalam menghadapi berbagai kesempatan dan tantangan yang mereka hadapi. Pihak Tiongkok berharap agar kabinet baru Jepang akan membangun persepsi tentang Tiongkok, menghormati dedikasi dan kerja sama dari para pemimpin kedua negara sebelumnya, dan juga semua upaya pihak dari berbagai sektor dari ke dua negara, serta memastikan kedua pihak menjaga jalan perdamaian.

Saat itu, Perdana Menteri Takaicihi menyambut ucapan Presiden Xi Jinping dengan mengatakan bahwa Tiongkok adalah tetangga Jepang yang penting. Kedua negara tersebut memiliki tanggung jawab besar dalam memelihara kedamaian dan kesejahteraan kawasan dan dunia. Jepang juga bermaksud untuk menjaga kerja sama dan komunikasi tingkat tinggi dengan Tiongkok, meningkatkan interaksi dalam semua bidang, memperkuat komunikasi, meningkatkan pemahaman bersama serta mempromosikan kerja sama sehingga mampu membangun hubungan strategis yang menguntungkan bagi ke belah pihak dalam langkah-langkah tegas. Selain itu juga membangun hubungan yang konstruktif dan stabil. Jepang juga tetap mematuhi posisinya dalam hal Taiwan dalam Pernyataan Bersama Jepang-Tiongkok yang diterbitkan pda tahun 1972.