Pesakitan She Zhijiang Mendarat Di Bandara Internasional Nanjing Pada Hari Rabu (12/11). Bangkok Post
Nanjing – Seorang pesakitan Thailand telah diekstradisikan ke Tiongkok pada Rabu (12/11). She Zheijiang, milyuner berkewarganegaraan China-Kamboja, dibawa pulang ke Tiongkok setelah kalah di pengadilan.
She dicari oleh Tiongkok karena ia adalah warga Tiongkok. Ia melakukan kejahatan lintas negara dan juga pemimpin dari Kota Maksiat Asia New City serta sindikat pemalsuan di Myawaddy di Myanmar.
Mendarat di Bandara Internasional Lukou di Nanjing dengan pengawalan ketat, She merupakan seorang narapidana di Thailand yang ditangkap di Thailand pada tahun 2022. Pengadilan Kerajaan Thailand menyebutkan kejahatannya sebagai pihak yang memiliki transaksi fantastis yang mencapai nilai lebih dari 12.6 trilyun baht atau sekitar USD 383 milyar.
She mengoperasikan situs perjudian yang dipergunakan oleh pelanggannya sebanyak 330.00 orang. Mempertimbangkan kejahatan ini, tidak heran pengawalan ketat ekstradisi ke Tiongkok tersebut diperkuat oleh seorang Wakil Kepala Polisi Thailand yakni Letnan Jenderal Polisi Jirabhop Bhuridej.
Menurut Bangkok Post, sebagai ganjaran kepada Thailand, Tiongkok akan meningkatkan kerja sama mereka dengan kerajaan tersebut dalam hal memberantas gang penjahat penipuan online.
Bangkok Post juga melaporkan bahwa walau pun She menolak tuduhan dalam segala penipuan, para penyidik menemukan bahwa She membangun kasino baik yang luring (luar jaringan) mau pun daring (dalam jaringan yakni online) di Zona Ekonomi Khusus Shwe Kokko di provinsi Myawaddy di Myanmar. Menurut Letjen Pol Jirabhob, ZEK itu berada di perbatasan Myanmar dengan Thailand. Kompleks kasino milik She mengakomodasikan pusat-pusat penipuan online. Tak heran, She adalah tokoh ternama dan sangat berpengaruh di Shwe Kokko dan terkenal sangat dekat dengan pemimpin daerah setempat.
Berusia 42 tahun, She telah mati-matian mengelak dari ekstradisi ke Tiongkok pada tingkat Pengadilan Negeri, kemudian ke Pengadilan Tinggi bahkan hingga Mahkamah Konstitusi.
Namun, Letjend Pol Jirabhob menyebutkan upaya She untuk memiliki kewarganegaraan kedua atau ketiga adalah modus para narapidana untuk melepaskan diri dari kemungkinan ekstradisi ke Tiongkok. Tak heran banyak di antara narapidana itu yang memiliki kewarganegaraan kedua seperti Kamboja sehingga tidak bisa dipindahkan ke negara Tiongkok, asal mereka.

She juga diindikasikan bermain sebagai investor besar di daerah Dara Sakor, Provinsi Koh Kong, yang juga merupakan markas besar berbagai sindikat call centre penipuan online. Melalui upaya-upaya dan usaha seperti inilah, She dan gerombolannya dituduh untuk merayu para warga Tiongkok agar berjudi secara daring dan berhasil meraup berbagai keuntungan yang luar biasa besar secara ilegal.
Negara-negara Asia Tenggara memang diketahui dipilih oleh para penjahat penipuan sebagai tempat operasional mereka sebagaimana terlihat apa yang terjadi di Myanmar, Kamboja, dan Thailand. Warga Indonesia pun tak luput dalam jeratan para penjahat ini untuk menjadi operator call centre penipuan online sebagaimana terlihat dalam beberapa bulan terakhir. [RV]