Kairo – Grand Egyptian Museum atau GEM baru saja diresmikan oleh Presiden Mesir Presiden Abdel Fattah el-Sisi pada hari Sabtu (01/11) tadi malam.
Dengan pembukaan yang dipenuhi para pemimpin negara, peresmian GEM atau dalam bahasa Mesirnya al-Mathaf al-Masriyy al-Kabir, museum ini bertaburan dengan permata dalam arti sesungguhnya.

Setidaknya ada 39 kepala negara, raja mau pun pangeran dari negara-negara sahabat Mesir bersama pasangannya masing-masing. Setidaknya terlihat Raja Felipe IV dan Ratu Letizia dari Spanyol, dan juga Raja Phillipe dari Belgia bersama ratunya, Raja Willem-Alexander dari Belanda serta Ratu Rania dari Yordania. Ada juga Sheikh Khaled bin Mohamed, Putra Mahkota Abu Dhabi, Pangeran Salman bin Hamad Al Khalifa, serta Ratu Mary dari Denmark.
Selain itu ada 79 wakil resmi delegasi negara sahabat yang memenuhi tempat VVIP di pembukaan tersebut.

Para tamu undangan wanita menggunakan perhiasan yang gemerlap sehingga membuat suasana tempat peresmian di ruang terbuka tersebut berkelip-kelip yang berbaur dengan para aktor peragaan kebesaran Mesir selama ribuan tahun dan drone yang menggambarkan kemegahan peradaban tersebut.
Bagaimana peresmian ini tidak mencengangkan? Museum yang dibangun selama hampir 20 tahun ini memamerkan 100.000 artefak dari peradaban Mesir kuno, termasuk koleksi makam Firaun Tutankhamun yang selama ini tersebar di berbagai museum di Mesir. Luas gedung museum ini mencapai 81.000 meter presegi dan disebutkan sebagai museum arkeologis terbesar di dunia.
GEM ini nantinya bukan satu-satunya bangunan megah yang berada di dalam kompleks tersebut. Setidaknya diketahui, ada rencana Pembangunan kompleks museum di Kawasan Giza dengan sebutan proyek Giza 2030.
Untuk kali ini, museum mempersembahkan galeri permanen, galeri temporer, pameran Istimewa, museum anak-anak, kesemuanya dalam kawasan seluas 32.000 meter persegi dari museum. Dipenuhi dengan layar-layar raksasa, museum ini dibangun oleh perusahaan join venture dari Belgia bernama BESIX Group dan perusahaan konstruksi Mesir bernama Orascom Construction.
Presiden Hosni Mubarak masih berkuasa dan memerintah di Mesir saat ia meresmikan dimulainya pembangunan pada 5 Januari 2002 dengan meletakkan batu fondasinya. Pada tahun 2006, patung firaun teragung Mesir yang terkenal sebagai Ramses II dibawa mendekati lokasi museum yakni kawasan Alun-Alun Ramses. Namun, hasil karya bangsa Mesir berusia 3.200 tahun tersebut butuh sekitar12 tahun untuk bisa dipamerkan dalam segala kemegahannya di dalam museum.

Pada tahun 2007, GEM mendapatkan pinjaman uang sejumlah USD300 juta dari Bank Jepang dalam kategori Kerjasama Internasional. Pemerintah Mesir juga tidak tinggal diam, sehingga mereka merogoh dana sebesar USD147 juta dari APBN Mesir. Sisa dari pendanaan sebesar USD150 juta dikumpulkan dari berbagai donasi berbagai organisasi internasional. Maka pada Oktober 2008 pekerjaan tender dilelang dan penggalian situs museum sudah dimulai.
Setelah proses tender yang cukup panjang, karena baru dianugerahkan kepada Orascom Construction dan BESIX pada 11 Januari 2012, maka pekerjaan untuk membangun GEM tahap berikutnya dimulai dengan nilai kontrak sebesar USSD810 juta.
Target awalnya, museum ini akan selesai pada tahun 2013, tetapi dengan berbagai kesulitan dan tantangan, termasuk terjadinya Arab Spring di Mesir, 3 tahun masa pandemi COVID-19, dan berbagai kesulitan teknis lainnya, maka target tahun penyelesaian museum ini berubah-ubah.
Sejak tahun 2024, Balairung Utama (grand hall) serta tangga Utama, daerah komersial, taman luar sudah dibuka untuk umum. Meski pun demikian, galeri dan koleksi museum belum bisa dinikmati oleh publik.
Di tengah-tengah maraknya pandemi COVID-19, museum merancang pemasangan 2 patung dalam ukuran kolosal yang ditemukan di kawasan kota tenggelam Thonis-Heracleion pada tahun 2020. Pada tahun 2024, ada kabar menggembirakan bahwa GEM akan dibuka “pada tahun 2024”. Satu-satunya yang pasti adalah penunjukkan Gihane Zaki, seorang ahli sejarah, menjadi Direktur dari GEM pada Mei 2024.
Perempuan yang menyelesaikan kuliah S1-nya di Universitas Helwan Mesir juga ini mendapatkan gelar doktoralnya di Universitas Lyon, tepatnya di Lumiere University Lyon 2 di Prancis.
Rekam jejaknya juga tidak main-main.

Sebagai seorang ahli sejarah Mesir Purba, ia merupakan wakil Mesir saat mengadakan negosiasi di UNESCO pada Pertemuan Konvensi Tentang Pelindungan Pusaka Dunia dan Pusaka Alami. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Bagian Mesir Purba pada Sekolah Tinggi Seni di Roma.
Selain produktif menulis berbagai publikasi, Zaki juga sempat menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat sejak tahun 2021 dan selanjutnya diangkat sebagai Direktur GEM oleh Presiden Abdel Fattah el-Sisi pada tahun 2024.