Permintaan Penegak Hukum Prancis Kepada Interpol Untuk Kerjasama Penyelesaian Kasus Perampokan Khazanah Negara Di Museum Louvre Pada Minggu (19/10) Lalu.
Paris – Perkembangan perampokan di Museum Louvre pasca-perampokan besar pada hari Minggu (19/10) kemarin, semakin menunjukkan perkembangan yang mengejutkan. Salah satunya adalah semua harta benda pusaka milik bangsa Prancis tersebut tidak terasuransikan.
Setelah sembilan benda berharga yang pernah dikenakan oleh para tokoh sejarah Prancis pada awal abad XIX dirampok pada suatu Minggu yang tenang, maka barulah diketahui bahwa khazanah negara tersebut tidak diasuransikan sama sekali. Satu diantaranya dapat ditemukan karena jatuh di dekat museum, diperkirakan karena jatuh dari kantung atau tas para perampoknya.
Alasannya karena semua benda tersebut merupakan pusaka negara, maka negara Prancis menyatakan bahwa nilainya tidak terperi. Nilai tidak terperi tersebut menyebabkan tidak mungkin mencantumkan harganya. Hal ini diketahui publik dunia saat seorang staf Kementerian Kebudayaan Prancis memberikan keterangan kepada media Le Parisien. Ia menyatakan Pemerintah Prancislah asuransinya.
Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan Prancis dimana semua badan hukum seperti Louvre dilarang untuk mengasuransikan kepemilikannya. Pengecualian diberikan, artinya semua barang tersebut bisa diasuransikan pada saat benda-benda tersebut sedang dipindahkan atau dipinjamkan ke institusi lainnya. Hal ini disebutkan oleh Romain Dechelette yang merupakan Presiden dari Serex Assurances, suatu perusahaan karya seni tinggi sebagaimana dikutip dari CBS News.
Laure Beccauau, Jaksa dari Kota Paris, yang menyidik kasus perampokan ini menyatakan pada hari Selasa (21/10) bahwa menurut perkiraan harga semua barang berharga dari era Kekaisaran itu diestimasikan senilai USD102 juta. Pihak Kejaksaan Prancis menyebutkan pihaknya menurunkan sekitar 100 orang penyidik untuk kasus yang mengguncangkan dunia ini.
Dengan tidak terasuransinya semua khazanah nasional yang ada di dalam museum milik negara, maka baik pihak musum mau pun pemerintah tidak akan menerima pembayaran asuransi apabila terjadi perampokan.
Seorang professor di bidang kriminologi pada Badan Nasional Konservatori Barang Seni Dan Kriya Prancis menyatakan bahwa para perampok sudah pasti akan tertangkap, tetapi apakah barang-barang berharga tersebut dapat diselamatkan adalah suatu hal yang mungkin tidak akan dapat dilakukan.
“Kita akan menangkap mereka. Saya berpendapat kita tidak akan dapat mendapatkan (kembali) perhiasan-perhiasan tersebut,” kata Alain Bauer.
Perampokan dan fakta peraturan perundangan yang berlaku membuat bangsa Prancis menyadari bahwa keamanan museum-museum nasional dalam kondisi yang sangat rentan.
Audit yang dilakukan terhadap Museum Louvre pada bagian Sayap Denon, termasuk Galeri Apolo tempat semua perhiasan yang dirampok kemarin, menunjukkan bahwa 35% dari ruangan di sayap museum tersebut tidak dimonitor oleh CCTV. [RV]