Kuala Lumpur – Ketegangan yang terjadi di antara Thailand dan Kamboja menjadi prioritas bagi Perdana Menteri Malaysia untuk meredakannya.
Persengketaan yang terjadi di perbatasan itu berkaitan dengan meledaknya ranjau darat yang melukai dan membuat prajurit Thailand cacat akibat telah menginjak senjata tersebut. Thailand melayangkan protes keras dan bersikukuh bahwa Kamboja menanam ranjau.

Buktinya, menurut Thailand, ada pada telepon seluler dan video yang memperlihatkan para prajurit Kamboja menanam ranjau darat. Video klip tersebut telah diperlihatkan kepada para atase pertahanan negara-negara sahabat.
Sementara itu, Kamboja berkelit dan justru menuduh Thailand sebagai pelaku penanam ranjau darat (landmines) tersebut.
Diberitakan bahwa Perdana Menteri Anwar Ibrahim telah menghubungi Perdana Menteri Thailand Anutin Charnivirakul dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Sebagai Ketua ASEAN periode 2025, Anwar Ibrahim berupaya agar insiden di perbatasan kedua Kerajaan tersebut tidak menjadi perang terbuka.
Anwar menuliskan pemikirannya dalam media sosialnya pada Kamis (13/11) kemarin:
“Saya sudah berbicara dengan Perdana Menteri Kamboja dan Perdana Menteri Anutin Charnivirakul melalui telepon untuk mendiskusikan perkembangan-perkembangan upaya perdamaian menghadapi insiden di daerah perbatasan kedua negara tersebut.”
“Alhamdulillah, kedua belah pihak memberikan tanggapan yang positif dan menekankan komitmen masing-masing untuk menemukan solusi yang damai, yang memperdalam ketaatan terhadap berbagai hal yang telah disepakati dalam Perjanjian Perdamaian Kuala Lumpur.”
“Saya menekankan ulang posisi Malaysia untuk melihat persahabatan dan penghentian tembak menembak di antara kedua negara ini justru diperkuat sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada akhir bulan lalu. Saya juga menyatakan kesiapan Malaysia untuk melakukan perannya sebagai fasilitator dalam membuka jalan perdamaian ini.”
“Kedua Perdana Menteri juga menyatakan apresiasi mereka terhadap posisi Malaysia dan peran yang kami laksanakan, tidak hanya sebagai Ketua ASEAN, akan tetapi juga sebagai teman dan tetangga dalam kawasan yang mendambakan perdamaian.”
“Kiranya kedua negara akan terus menunjukkan tekad dan keberanian mereka untuk memulihkan stabilitas perbatasan demi perdamaian abadi di kawasan, dan juga bagi keselamatan dari warga negara dari kedua belah Kerajaan.”
Demikian, pernyataan Anwar Ibrahim.

Perjanjian Perdamaian yang disebut tadi telah ditandatangani di depan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ada 27 Oktober 2025 lalu pada Pertemuan Puncak ASEAN di Kuala Lumpur. Perjanjian itu mengakhiri persengketaan perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Perjanjian itu mewajibkan penarikan persenjataan berat, dan membebaskan 18 prajurit Kamboja, serta menentukan prosedur baru untuk mencegah terjadinya pertikaian di masa depan.