Kuil Abu Simbel Yang Dibangun Oleh Firaun Ramses II Dengan Hieroglif Yang Ditatah Pada Permukaan Batu.
Mesir – Prasasti Rosetta diperkirakan ditulis pada tahun 196 SM. Penemuan batu prasasti ini menyebabkan terjadinya terobosan besar di bidang arkeologi karena batu ini memiliki tulisan dari 3 peradaban purba dari suatu dokumen yang sama.
Mengapa disebut Rosetta? Karena prasasti itu ditemukan di kota bernama Rashid, dan karena para prajurit Prancis membacanya dengan gaya Prancis maka berkembang menjadi Rosetta.
Batu itu terbuat dari sepotong batu granodiorite yang komposisinya mirip dengan batu granit, dan diketahui ditambang dari Aswan. Tingginya 1 meter, dan lebarnya 75 cm dengan berat ¾ ton.
Prasasti ini merupakan batu bertulis yang mengandung tulisan Yunani kuno, Mesir Demotik (bahasa sehari-hari) dan hieroglif dari Mesir purba. Dari dua tulisan dokumen tersebut, para ahli bahasa mampu mengenali dan selanjutnya menerjemahkan hieroglif yang merupakan aksara Mesir dalam bentuk gambar.

Sebagai suatu prasasti, Rosetta disebut “stele” istilah arkeologi bagi semua prasasti purba yang menyiarkan sesuatu yang penting. Stele dapat berupa nisan makam, daerah pembatas, sejumlah peraturan perundang-undangan, atau pengumuman politis. Rata-rata stele disalin dalam beberapa salinan dan diletakkan di tempat-tempat yang berbeda.
Prasasti dengan 3 bahasa itu menunjukkan kebiasaan masa lalu dan bukan suatu hal yang unik. Prasasti sejenis bisa dilihat di Inskripsi Behistun di Iran yang diterbitkan pada tahun 500 SM oleh Raja Darius Agung bagi kekaisaran Achaemenidnya. Inkripsi tersebut ditulis dalam bahasa Persia, bahasa Elam, dan Babilonia. Inkripsi ini berperan besar dalam membantu para ilmuwan menerjemahkan tulisan cuneiform.
Pada pemerintah Sultan Qaitbay pada awal abad XV, kawasan Mesir purba menjadi daerah kekuasaan kesultanan Mamluk. Entah bagaimana caranya, stele Rosetta ini kemudian digunakan oleh para kontraktor bangunan sebagai fondasi kastel yang dikenal sebagai Benteng Julien.
Ratusan tahun kemudian, tahun 1798 Napoleon menginvasi Mesir yang saat itu dikuasai oleh kesultanan Ottoman. Di dalam pasukannya ia membawa banyak ilmuwan untuk mempelajari peradaban Mesir kuno yang sudah diakui sebagai peradaban besar.

Namun, yang menemukan prasasti ini adalah Letnan Pierre-Francois Bouchard saat ia sedang bertugas di Benteng Julien. Saat ia memperhatikan bagian dari benteng yang sedang diperbaiki, ia melihat batu besar dengan tulisan yang ada di permukaannya. Ia kemudian melaporkan ini kepada atasannya, dan selanjutnya adalah sejarah.
Saat Prancis kalah dari Britania Raya dalam peperangan Napoleonik, para warga Britania membawa Prasasti Rosetta ke Inggris. Pada tahun 1802, prasasti itu sudah disimpan di Museum Britania.
Isi Prasasti Rosetta adalah keputusan yang diterbitkan oleh Firaun Ptolemius V pada tahun 196 SM yang menekankan dukungannya terhadap para pendeta, dan upayanya mempertahankan stabilitas perdamaian di Mesir, serta semua sumbangannya kepada berbagai rumah ibadah.
Keputusan itu memberikan rincian yang menggambarkan kehidupan kenegaraan dan keagamaan pada masa Firaun Ptolemius tersebut. Antara lain berbagai tunjangan bagi para imam agama, proses pengumpulan pajak, serta titah Firaun yang harus ditegakkan di seluruh wilayah kerajaan.
Hieroglif adalah bahasa yang digunakan untuk kepentingan sakral. Demotik adalah bahasa untuk urusan administrasi kerajaan. Bahasa Yunani purba adalah bahasa yang digunakan oleh para elit politik Mesir yang menguasai Mesir setelah Jenderal Ptolemius dari Macedonia menjadi penguasa di Mesir.
