Manikarnika, lahir pada 19 November 1828, adalah putri seorang pendeta dari kasta Brahmana yang bekerja di dalam istana mantan Peshwa Baji Rao II (Panglima Besar sekaligus Penguasa) dari Kerajaan Bithoor. Mengapa mantan? Akan dijelaskan mengapa ada kondisi seperti itu di dalam ketatanegaraan di British Raj pada bagian lainnya.  Ayahnya bernama Moropant Tambe dan ibunya adalah Bagirathi Sapre.

 

Oleh Baji Rao II, Manikarnika mendapatkan panggilan kesayangan Manu dan ia menerima pendidikan yang baik dari sang Raja. Saat ia tumbuh remaja di istana Baji Rao, Manikarnika berada dalam pengawasan gurunya dan kawan-kawan sepermainannya seperti Nana Shahib dan Tatya Tope. Manu pandai menulis dan membaca, serta mahir berkuda, bermain pedang, berolah raga, serta menembak. Sejak kecil ia sudah menunjukkan kemampuannya yang luar biasa di semua bidang yang ia sukai. Di dalam legenda rakyat setempat, Manu bahkan mampu menaklukkan harimau tanpa membunuhnya. Di dalam legenda yang sama pula, Manu dikenal sudah mampu mempermalukan tentara East India Company yang memperlakukan orang India dengan semena-mena. Pada sinetron Jhansi Ki Rani tak habis-habisnya kisah kepahlawanan Manu pada sejak ia masih gadis remaja berusia 12 tahun.

 

Mengingat ibunya sudah meninggal saat putrinya berusia 4 tahun, maka Moropant mencoba menyelesaikan permasalahan Manu remaja dengan mulai mencarikan jodoh pada saat ia berumur 12 tahun. Hubungan keduanya anak beranak itu sangat dekat, terlebih lagi Moropant membesarkan Manu sendirian sebagai orang tua tunggal. Perkiraan saya, karakter Manu yang kelakuannya sangat mandiri, dan sangat cerdas di lingkungan yang konservatif pada abad XIX tersebut, membuat Moropant cemas apabila putrinya akan sulit mendapatkan jodoh. Moropant ingin mencicil pencarian jodoh sejak putrinya mencapai usia akil balik.

 

Singkat cerita, horoskop Manu diserahkan kepada pendeta ahli astrologi terkenal setempat agar dapat dicarikan jodoh yang sesuai dengan karakter dan nasibnya di masa mendatang. Di tempat ahli astrologi tersebutlah, horoskop Manu ditemukan oleh para tokoh yang sangat ingin mendapatkan tafsir dari horoskop tuan mereka yakni Raja Gangadhar Rao dari marga Newalkar dari kerajaan Jhansi. Dapat disimpulkan bahwa ahli astrologi di Bithoor ini rupaya sangat kondang sehingga ia menerima klien dari berbagai penjuru India. Saat para tokoh dari kerajaan sahabat tersebut datang bertamu, sang ahli astrologi rupanya sedang sibuk mengurus urusan lain sehingga para tamunya sempat melihat-lihat berbagai karta astrologi yang tersebar di ruang kerjanya. Secara tidak mengejutkan para tamu melihat dan membaca karta astrologi milik seorang gadis dengan tafsir yang sangat menonjol. Di dalam karta astrologi tersebut dikatakan anak gadis ini akan membawa suami dan wangsanya kepada keagungan dan kegemilangan yang abadi.

 

Nubuatan ini membuat para penasehat yang kepo itu terbangunkan keingin-tahuannya untuk mengetahui siapa pemilik karta yang luar biasa itu. Mereka memang sedang mencari calon istri untuk raja tersebut karena ia belum menikah dan belum memiliki pewaris tahta. Mengingat Gangadhar Rao sudah berusia 30 tahunan, maka mereka mendapatkan izin dari para sesepuh Istana Jhansi untuk mencarikan istri baginya. Sewaktu mereka mendapatkan nama Manikarnika, dan disebutkan bahwa gadis remaja itu ada dalam pengampuan Peshwa, maka mereka langsung bertamu ke istana Baji Rao II. Sebetulnya tidak ada kewajiban pejabat mancanegara untuk audiensi ke penguasa setempat, apalagi apabila penguasa itu sudah mantan seperti Baji Rao II. Akan tetapi para penasehat Gangadhar Rao ingin melihat gadis dengan karta astrologi yang fenomenal tersebut.

 

Disebutkan bahwa Baji Rao II tidak terlalu menghormati Gangadhar Rao karena raja tersebut tidak memiliki reputasi yang baik. Gangadhar Rao terkenal suka bergaul dengan pejabat-pejabat East India Company, ia suka berfoya-foya dan minum-minuman keras bersama para musuh India, alih-alih membangun negeri ia justru sering mengadakan pertunjukan seni, serta ia tidak perduli kemana kerajaannya apabila ia tewas suatu hari. Ia juga lebih suka bercengkerama dengan gula-gulanya dan tidak mengatur kerajaannya sebagaimana seharusnya seorang raja. Gangadhar Rao memang pewaris tahta terakhir setelah kedua kakaknya yang menjadi raja Jhansi tewas karena berbagai alasan. Kerajaan Jhansi ada pada jurang kehancuran dan Gangadhar Rao memilih bersenang-senang daripada memikirkan masa depan rakyatnya dan kerajaannya.

 

Bagi Baji Rao II yang membuatnya semakin tidak bersimpati kepada Gangadhar Rao adalah kegemarannya bergaul erat dengan para perwira East India Company. Berbagai permintaan East India Company seperti misalnya pembangunan jalur kereta yang akan melalui kerajaannya, ia izinkan. Padahal itu salah satu hal yang ditentang keras oleh raja-raja India lainnya. Pembangunan jalur kereta bagi para penguasa kerajaan adalah upaya East India Company untuk secara bertahap mengikis otoritas para raja. Izin ini menekankan ketidak-perdulian Gangadhar Rao terhadap masa depan subkontinen India. Pembangunan jalur kereta, berikut pengoperasiannya, jelas akan merugikan penguasa setempat apabila dipraktekkan dalam konteks kolonialisme. Dengan jalur kereta yang melewati subkontinen seluas India, East India Company akan memiliki akses besar terhadap semua kerajaan yang dilewatinya dan memiliki aset luar biasa untuk mengangkut dan mendistribusikan baik senjata dan amunisi, hasil komoditi dan jasa dari kerajaan lain, serta manusia yang semuanya berada di luar kendali para raja. Belum lagi kerugian ekonomi yang akan ditimbulkannya terhadap perekonomian setempat karena East India Company akan menolak membayar pajak kepada raja.

 

Selain itu ada Doktrin Lapse yang menjadi duri dalam daging bagi para raja di India. Doktrin Lapse adalah peraturan yang disusun dan diimplementasikan oleh Lord Dalhousie yang mewakili Kerajaan Britania Raya dan East India Company.

 

Secara keseluruhan Doktrin Lapse akan memastikan East India Company yang nota bene adalah sebuah perusahaan swasta dapat menguasai suatu negara atau kerajaan apabila raja yang mangkat tidak meninggalkan pewaris tahta yang sah. Dalam definisi ini, pewaris tahta adalah anak kandung, ataupun angkat, dan harus berjenis kelamin laki-laki. Mengingat angka kematian yang tinggi di antara anak-anak bawah lima tahun pada saat itu, sudah bisa diramalkan East India Company akan panen wilayah di India.

 

Kita tinggalkan dulu kondisi politik yang merongrong kenyenyakan tidur para raja di subkontinen India tersebut.

 

Para penasehat tersebut akhirnya berjumpa dengan Manikarnika yang berpakaian sebagai seorang ksatria putri dan menunjukkan kemampuannya dalam berolah raga termasuk bela diri. Tentu saja mereka tidak membocorkan misi rahasia mereka untuk mencari istri bagi Gangadhar Rao. Namun jelas dari pertemuan tersebut mereka sangat mengagumi putri remaja tersebut dan karenanya saat kembali ke benteng Jhansi, mereka segera menyajikan temuan mereka.

 

Reaksi para pendengarnya bervariasi. Ada yang mengabaikan, ada yang meradang, ada yang langsung berkonspirasi.

Raja Gangadhar Rao yang acuh tak acuh jelas tak memiliki opini pribadi saat ia disodorkan nama calon pengantinnya. Dalam rujukan, dikatakan ia sudah menjadi duda karena istrinya Rama sudah meninggal. Di rujukan lain, dikatakan Rama masih hidup tetapi hubungan mereka sudah sangat renggang karena mereka termakan intrik istana atau karena Rama tidak dapat memberikan pewaris yang ditunggu-tunggu. Faktanya pada titik ini, Gangadhar Rao menganggap bahwa perjodohan yang diupayakan oleh sesepuh istana itu adalah bagian dari adat istiadat mereka. Apalagi saat mendengar bahwa calon yang diusulkan kepadanya adalah anak kemarin sore. Sebagai penikmat duniawi, ia sudah memiliki wanita yang memenuhi semua keperluannya. Menikah baginya hanya kewajiban dan ia tidak memikirkan dampak lebih lanjut dari privilesenya. Atau begitulah kesan yang ia tampilkan kepada publik.

 

Yang meradang, jelas gula-gula kesayangan raja yang merupakan seorang penari dan penyanyi yang cantik dan selama itu meraja-lela bertingkah di istana. Yang berkonspirasi adalah para janda raja-raja sebelumnya yang merupakan para kakak ipar Gangadhar Rao sendiri. Entah mengapa mereka melakukan hal tersebut. Kelihatannya mereka lupa bahwa nasib kerajaan yang selama ini memberikan privilese kepada mereka tergantung kepada hasil akhir dari upaya mendapatkan ahli waris yang akan melestarikan kemewahan hidup mereka. Sinetron sudah tentu menekankan betapa nyinyirnya para kakak ipar itu lengkap dengan suara tertawa jahat apabila mereka sedang merasa di atas angin. Mengapa konspirasi ini perlu diceritakan? Sebab kasak kusuk tak terkendali ini akan berpengaruh terhadap masa depan Jhansi.

 

Maka terjadilah perundingan dan lamaran yang meletihkan bagi kedua belah pihak. Selama dua tahun para negosiator dari kedua pihak bekerja sangat keras, baik untuk meyakinkan sang raja untuk mau menikah dengan anak di bawah umur dan bukan dari kasta ksatria, memastikan Manikarnika tidak menolak menikah dengan laki-laki yang sudah seumuran dengan ayahnya, serta meredam ketidak-sukaan Peshwa Baji Rao II dan keluarga kerajaan Bhitoor terhadap keluarga Nelwakar (wangsa Gangadhar Rao) serta mengendalikan kecemburuan gula-gula Gangadhar Rao yang meradang karena ia akan disingkirkan keluar dari istana dan dijadikan simpanan saja.

 

Setelah semua persyaratan akhirnya disepakati, maka pada suatu hari Manikarnika pun dipinang oleh Gangadhar Rao secara resmi. Periode panjang selama 2 tahun itu membuat ia sudah berusia 14 tahun saat diboyong ke Benteng Jhansi yang perkasa itu. Pengiring Manikarnika dalam perjalanannya dari Bithoor berjumlah besar, lengkap dengan semua peti harta benda yang diberikan Peshwa sebagai mas kawin dan pengawalan yang impresif. Peshwa Baji Rao II memberikan semua yang terbaik bagi Manu yang disayanginya. Ia memperlakukan Manu sebagai putrinya sendiri. [VR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Verified by MonsterInsights